Minggu, 11 Agustus 2024
Kegiatan Minggu Susu yang kedua kembali dijalankan. Hari itu kegiatan dimulai pukul 14:30 WIB.
Awalnya kami berencana mengadakan di pagi hari namun seperti biasa, hari libur merupakan hari dimana pagi diisi dengan tidur setelah Shubuh. Well aku mengerti hal itu tidak baik, aku pun membencinya karena ketika aku bangun kesiangan akan sangat sulit memulai kegiatan di pagi hari dengan mood yang baik. Aku masih belajar untuk itu dan akan terus belajar.
Namun hanya dikarenakan aku dan Damar kesiangan bukan berarti kegiatan dibatalkan, kami tetap berjalan karena memang ada amanah yang harus ditunaikan. Di sisi lain juga hal ini bisa menjadi cerita di masa depan dimana ketidaksempurnaan bukanlah menjadi halangan untuk tetap berjalan.
Rencana Minggu Susu di pagi hari terasa sempurna, namun kenyataannya kami kesiangan sehingga harus diundur hingga menjelang Ashar sehingga menjadi sebuah ketidaksempurnaan, namun bukan kegagalan. Karena akhirnya tetap kami lakukan.
Aku pergi ke rumah Damar menjelang Dzuhur. Karen memang ada hal yang harus kami lakukan masing-masing di rumah. Apalagi mama akan marah jika aku langsung pergi ke luar tanpa beberes rumah terlebih dahulu.
Kemudian kami pergi ke Masjid PPBI yang ada di dekat rumahnya. Di sana sembari berteduh dari panasnya cuaca, kami meminum Es Teh sembari berbincang tentang beberapa hal. Lalu kami menunaikan sholat Dzuhur dan beristirahat sejenak.
Sekitar pukul 14:30 WIB kami pun berangkat, berkeliling untuk membagikan susu. Kami sholat Ashar di Masjid Sunda Kelapa lalu kembali menjalankan kegiatan.
Susu masih tersisa 8 kotak. Kami sudah berkeliling namun tidak menemukan sekumpulan anak-anak yang bisa diberikan susu, sebenarnya ada namun terlalu banyak.
Kami lapar sehingga kami mampir sebentar untuk makan Bakso Jawa di daerah Bukit Duri. Setelah makan sembari mengeluarkan motor dari parkiran Damar berkata,
“Ya siapa tau kayak Minggu lalu sal, tiba-tiba langsung ketemu 8 orang kan atau nanti 5 anak, 3 anak.”
“Iya, atau 7 anak, 1 anak.” Tambah ku. Damar hanya tertawa.
Kami pun kembali berkeliling hingga pukul 17:30 WIB. Kami sudah lelah hingga memutuskan untuk pulang ke rumah Damar melalui jalan perumahan yang hanya muat satu mobil.
Dalam lamunan kami, menjelang adzan Maghrib tiba-tiba kami menemukan 4 anak kecil yang sedang bersiap menuju masjid.
“Dek, susu susu.” Teriak Damar.
“Eh Om yang tadi bagiin susu ya?” Ucap salah satu anak kecil.
“Lah ini kan bocah yang tadi sore ya mar.”
“Iya hahaha.”
Ternyata dua anak yang kami temui sudah mendapatkan susu di sore tadi. Namun tetap kami berikan karena ada teman-teman lain yang belum mendapatkan susu.
“Temen-temen yang lain mana?” Tanya Damar.
“Ada Om sebentar ya dipanggil dulu.”
Dan Alhamdulillah, 7 anak dan 1 orang dewasa menjadi penerima terakhir di hari itu.
Kami langsung pulang ke rumah Damar dan kembali ke Masjid PPBI untuk menunaikan sholat Maghrib.
Hari itu menjadi pelajaran kedua ku tentang berkata yang baik-baik. Tentang sebuah harapan di tengah kebingungan dan tekanan.
Pertemuan ku dengannya mengajarkan ku banyak hal. Salah satunya untuk tetap berkata yang baik, berharap yang baik sembari menunaikan ikhtiar dengan kemampuan terbaik.
Dunia ini begitu riuh dengan segala berita di dalamnya. Banyak hal yang kita lihat bukannya membawa dampak positif malah membuat kita overthinking.
Kita harus membiasakan diri untuk melihat, mendengar dan merasakan hal-hal yang dapat mengembangkan diri kita dan orang lain.
Terima kasih sudah membaca 🙂
Semoga tulisan ini memberimu manfaat untuk terus berkarya.
Sabtu, 17 Agustus 2024
13:38 WIB
Di dalam kereta yang baru saja di sampai di St. Cilebut sebelum pemberhentian terakhir di Stasiun Bogor.